
Industri menulis mengalami pukulan hebat pada masa Pandemi Covid-19. Sama seperti beberapa bidang lainnya. Akan tetapi, industri menulis terasa lebih parah, karena bidang ini bukan atau belum menjadi kebutuhan primer di Indonesia. Jangan primer, sekunder pun bukan. Boleh jadi, urusan buku hanyalah berada pada level tertier atau quartier atah malah lebih bawah lagi.
Bagi kebanyakan orang Indonesia, buku hanyalah sumber bacaan di bangku sekolah atau kuliah. Materi ajar dan modul kuliah yang dibaca. Itupun sekadar memenuhi kewajiban. Tingkat literasi Indonesia masih rendah. Literasi baca buku. Kalau literasi menulis di medsos, boleh jadi orang Indonesia berada pada peringkat 5 besar.
Bagi penulis – khususnya yang benar-benar menggantungkan hidupnya pada industri menulis – pada era normal saja masih perlu berjuang keras. Apalagi ketika dilanda Covid-19. Ekstra keras. Jungkir balik, mungkin. Banyak rekan penulis yang merasakan betapa tidak mudahnya menjalani profesi ini sebagai gantungan hidup.
Klien membatalkan proyek penulisan. Bukan sekadar menunda. Toko buku tutup berbulan-bulan. Penerbit tak lagi menerbitkan buku. Dan banyak lagi kondisi negatif lainnya. Upaya edukasi masyarakat tentang dunia menulis, industri menulis, dan profesi penulis, menjadi semakin tidak mudah.
Akan tetapi, Allah – Tuhan Sang Mahakuasa – memang selalu memberikan dua sisi mata uang pada setiap kejadian. Di balik kondisi berat tersebut peluang baru justru muncul. Ada yang benar-benar baru. Ada juga barang lama tapi tumbuh eksponensial. Misal… pelatihan. Sebelum Covid, pelatihan selalu berlangsung tatap muka. Pelatihan online masih amat jarang. Dan terasa asing. Tapi begitu Covid menyerbu, pelatihan online begitu marak. Bahkan jauh di luar dugaan.
Begitu pula penjualan buku secara online. Selama dan setelah pandemi, makin banyak orang yang membeli buku melalui toko online. Toko buku konvensional boleh saja tutup. Tapi sedikit banyak terbantu dengan hadirnya toko online.
Dan yang lebih menarik adalah tumbuhnya buku digital secara pesat. E-book yang awalnya terkendala psikologis kebiasaan membaca, mampu menunjukkan geliatnya. Tumbuh dengan angka penjualan yang mengagumkan. Bukan hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia. Memang masih jauh dari angka penjualan buku cetak. Tapi, memberikan hiburan dan harapan yang sangat menyegarkan.
Begitulah pandemi, Di satu sisi bikin penulis meringis. Namun, di sisi lain bermunculan peluang baru, yang segera dirintis…
No Responses