Rencanakan Naskah Anda, Jangan Tidak!

Banyak pertanyaan datang kepada saya dari penulis pemula, atau dari calon penulis. Begini bunyi pertanyaannya, “Kenapa naskah saya tidak pernah selesai? Selalu berhenti di tengah-tengah. Mohon saran.” Pertanyaan ini salah satu yang paling sering muncul selain “Bagaimana cara memulai menulis?”

Jawabannya sungguh sederhana.

Buatlah rencana! 

Setiap kali saya memulai menulis, maka saya membuat perencanaan terlebih dulu. Tidak ada satu pun tulisan saya yang tuntas tanpa direncanakan. Tidak peduli naskahnya pendek atau panjang. Sangat panjang atau sangat pendek. Tulisan yang paling pendek sekalipun, harus tetap melalui perencanaan. Buat saya pribadi, peren-canaan ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Sudah sangat terbiasa.

 

Hal ini juga sebagai hasil pelajaran penting dari pekerjaan saya sebelumnya sebagai wartawan. Setiap tulisan pasti berdasarkan perencanaan. Baik direncanakan secara matang dan jauh-jauh hari, maupun rencana tidak matang dan dadakan. Intinya, semua sudah direncanakan.

 

Anda mau menulis tentang apa?

Fiksi atau nonfiksi?

Sama-sama harus melalui proses perencanaan. Tidak bisa tulis saja, just write, seperti kata para motivator menulis. Kalau Anda paksakan menulis saja tanpa perencanaan, maka nasibnya seperti pertanyaan di atas: naskah Anda terhenti di tengah jalan.

 

Kita kupas dulu sedikit tentang naskah fiksi. Bercerita. Setiap cerita pasti punya awal dan akhir. Juga ada tengah-tengah. Apakah Anda sudah merencanakan seperti apa awalnya, tengahnya, dan akhirnya? Wajar tulisan Anda tidak pernah tuntas karena Anda tidak pernah merencanakan seperti apa awalnya, tengahnya, detailnya, dan juga akhir ceritanya.

 

Mulailah dari akhir,” begitu kata banyak orang hebat termasuk kata B. J. Habibie, sang jenius itu. Sejenak kepala kita mungkin melintir berpikir keras, bagaimana mulai dari akhir. Di mana-mana kalau memulai pasti dari awal. Bukan dari akhir.

 

Setelah dicerna dengan baik, maka kita menyadari, bahwa mulai dari akhir itu adalah perencanaan. Kita sudah tahu ujung cerita kita seperti apa. Kita sudah punya gambaran nyata tengah-tengah cerita seperti apa. Bahkan detailnya pun sudah kita miliki. Kita sudah menentukan semuanya. Kita sudah punya peta jalan cerita kita dari awal sampai akhir. Itulah yang disebut sebagai kerangka tulisan atau bahasa KBBI-nya adalah ragangan.

 

“Apakah Anda sudah punya kerangka tulisan?” tanya saya kepada calon penulis. Dijawab dengan gelengan kepala. “Wajar jika tulisan Anda tidak pernah selesai!”

 

Kerangka tulisan adalah kunci sebelum kita memulai proses menulis. Dalam tahapan menulis yang terstandar secara internasional, terdapat tahap pra menulis. Pra menulis terdiri atas tiga elemen mendasar yang harus ada yaitu menentukan ide, menyusun kerangka tulisan, dan menyiapkan bahan. Kalau salah satu darinya tidak ada, maka tahapan pra menulis tidak terjadi. Maka, menulis pun tidak akan menjadi.

 

Saya selalu membiasakan diri membuat kerangka tulisan, baik naskah fiksi maupun nonfiksi. Bab per bab sudah ditentukan mulai dari awal sampai akhir. Sejak pembuka sampai penutup.

 

Pada awal karier sebagai penulis, saya selalu menuliskannya di laptop dan menyimpannya dengan rapi. Masih ada ratusan file pra menulis yang ada di dalam laptop dan belum dieksekusi tulisannya. Setelah jam terbang makin banyak, tidak semua pra menulis tersurat dalam file di laptop. Kadang sudah tersimpan rapi dalam kepala. Saya sudah menguasai teknik Menulis dalam Kepala (MDK). Sebagian besar penulis senior sudah menguasainya pula.

Anda, yang baru menjejak di industri menulis, atau bahkan calon penulis, wajib menuangkan pra menulis itu dalam dokumen tertulis. Sebagai acuan proses penulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Anda harus membuat perencanaan selengkap mungkin. Jangan sombong dan terlalu percaya diri. Kalau Anda gagal membuat perencanaan itu, maka Anda sedang merencanakan kegagalan dalam menulis.

 

Kecuali kelak, jika jam terbang Anda sudah tinggi. Anda akan tersenyum lega karena selalu bisa menuntaskan naskah, bahkan hanya dengan perencanaan sangat minim sekalipun alias dadakan.

(Dodi Mawardi)

No Responses